FORUM MEDAN | Bedah kitab menghiasi penyambutan Hari Ulang Tahun Aljamiyatul Washliyah ke-91. Kali ini, memaparkan perjuangan Syaikh Yusuf Ahmad Lubis, ulama besar Sumatera Utara yang juga salah seorang pendiri Aljamityul Washliyah.
Menurut cendikia Washliyah, Dr Tohir Ritonga, sosok Syaikh Yusuf Ahmad Lubis adalah tokoh yang lahir di Medan, pada 10 Januari 1912. Ia berperan aktif dalam dinamika ke-Islaman di Sumatera Utara dan juga di Malaysia. Di antara dinamika yang berkembang di daerah tersebut adalah persoalan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. “Tidak mengherankan, sebagai rujukan masyarakat, ia terlibat di dalamnya, dengan mengarang sebuah buku berjudul Masalah Tarekat yang selesai ditulis pada 1960 di Pulau Pinang,” paparnya.
Buku tersebut, ucap Dr Tohir, membahas 4 kesalahan amaliyah dalam tarekat, yaitu a) Zikir “Allah,” Allah,” Allah,” b) lata’ifasyarah (10 kelembutan) dalam diri manusia, c) talqin zikir riwayat Abubakar RA dan d) sanad dan silsilah tarekat.
Keempat kesalahan tersebut direspons dengan baik dan ringkas. Untuk menguatkan pendapatnya, ia merujuk kepada karya Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau yang berjudul Izhhar Zaghl al-Kadzibin fi Tasyabbuhihim bi al-Shadiqin, dan tiga fatwa ulama Mekkah yang hidup pada zaman ulama Minangkabau di atas.
Buku ini menjadi deretan dalam diskusi panjang terkait polemic Tarekat Naqsyabandiyah yang berawal di daerah Minangkabau pada 1906 dengan persoalan 5 pertanyaan: 1) adakah dasarnya dalam Islam, 2) apakah sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW, 3) adakah dasar hokum untuk puasa dari selama persulukan, 4) adakah dasar bagi penetapan 40 hari dalam persulukan, dan 5) adakah dasar hokum untuk Rabihah.
“Kata pembahasannya yang ringkas, saya merekomendasi kepada pembaca agar membaca buku-buku yang lebih panjang menurut dua kacamata sekaligus; baik yang menentang atau menerima,” tutur cendikia Washliyah, Dr H M Tohir Ritonga LC MA.