Banjir akibat hujan deras di Kelurahan PB Selayang Medan semakin parah. Dikutip dari tribunmedan.com, Aulia Rachman Wakil Wali Kota Medan, mengungkapkan bahwasannya pemerintah Kota Medan mengalami kendala dalam menangani persoalan banjir. Menurutnya normalisasi sungai yang belum terlaksana dengan baik menjadi kendalanya. BeliauĀ juga menerangkan kalau kawasan pegunungan dan Kota Medan dilanda hujan deras, maka akan menjadi permasalahan besar bagi Pemko Medan.
Persoalan banjir dan hujan deras, senantiasa disandingkan menjadi sebuah sebab dan akibat terjadinya banjir. Hujan selalu saja dikambing hitamkan menjadi penyebab adanya persoalan banjir. Padahal tata ruang kota ala kapitalistik-lah yang menjadi akar permasalahan terjadinya banjir. Dimana para kapitalis melakukan aktivitas yang merusak ekosistem serta pembangunan yang mengeskploitatif alam dan menggeser kestabilan bumi seperti reklamasi pantai, daerah resapan air yang dialih fungsikan menjadi perumahan elite atau tempat wisata dan penebangan pohon secara liar di dataran tinggi yang seringkali ditujukan untuk kepentingan individu dan para kapitalis.
Sejatinya kehadiran pohon di daerah dataran tinggiĀ menjadi sumber resapan air yang dapat mencegah terjadinya banjir di dataran yang lebih rendah. Aktivitas tersebutlah yang sebenarnya menjadi pemicu terjadinya banjir, bukan disebabkan oleh hujan yang sejatinya hujan adalah rahmat.
Dalam upaya menangani persoalan banjir, pemerintah Kota Medan menghimbau agar masyarakat bersabar, dikarenakan pemerintah tengah membangun kolam retensi sebagai upaya mengatasi persoalan banjir. Sepertinya masyarakat sudah cukup bersabar, karena persoalan banjir sudah seringkali terjadi. Bukan sekali dua kali, tetapi setiap turunnya hujan yang deras di Kota Medan, banjir pasti terjadi. Keadaan yang berulang tersebut menunjukkan lambannya pemerintah dalam mengatasi persoalan banjir. Masyarakat yang resah setiap kali terjadinya banjir bertanya-tanya dimana peran negara yang seharusnya sigap dan cepat dalam menyelesaikan perosalan banjir.
Sikap lamban dan kurang efektifnya negara dalam mengatasi persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, dikarenakan hari ini negara tengah mengadopsiĀ Sistem kapitalis sekular. Di dalam sistem ini negara kehilangan perannya sebagai pengayom dan penjaga masyarakat yang seharusnya bertindak cepat dan tepat ketika terjadi persoalan di tengah masyarakat, tetapi sebaliknya negara hari ini hanya bertindak sebagai regulator yang bekerjaĀ berdasarkan materi bukan kesadaran sebagai pengayom dan penjaga masyarakat.
Keadaan lingkungan yang rusak, terjadinya banjir yang diakibatkan negara hari ini menerapkan sistem kapitalis sekuler. Kerusakan yang disebabkan oleh sistem kapitalis sekuler tersebut seharusnya menjadikan masyarakat sadar perlu adanya perubahan secara nyata. Masyarakat seharusnya tidak hanya diam dan bersabar di atas kedzholiman yang sedang terjadi, akan tetapiĀ masyarakat juga memiliki peran dalam menyadarkanĀ negara akan tugasnya sebagai pengayom masyarakat dengan melakukan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar pada negara. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar lingkungan masyarakat senantiasa terjaga dari kedzholiman.
Perubahan yang hakiki dalam mengatasi persoalan masyarakat terutama banjir, adalah beralih dari penerapan sistem kapitalis sekular yang rusak kepada sistem Islam yang sempurna. Di dalam sistem Islam tugas negara bukan hanya sebagai regulator tetapi sebagai pengayom dan penjaga masyarakat.
Setiap kebijakan yang dilakukan bukan hanya sekedar mengharapkan materi ataupun demi kepentingan individu tetapi menyadari bahwa setiap kebijakannya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT, sehingga negara akan melakukan kebijakan tanpa mendzholimi masyarakat dengan memperhatikan aspek halal dan haram. Berbeda dengan sistem kapitalis sekular yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga negara bebas untuk melakukan kebijakan yang mendzholimi masyarakat dikarenakan aspek halal dan haram tidak menjadi pedoman dalam menetapkan setiap kebijakan.
Penerepan sistem Islam yang sempurna hanya bisa direalisasikan oleh individu yang bertakwa, kontrol di tengah masyarakat dan negara yang bertugas dalam menerapkan seluruh aturan yangĀ sesuai dengan Syariah Islam, hal ini lah yang dapat mewujudkan perubahan yang nyata dari sistem kapitalis sekular menuju sistem Islam. Menyadarkan penguasa dengan amar maāruf nahi munkar tentu membutuhkan kan ilmu maka dari itu mengkaji Islam menjadi suatu kaharusan bagi masyarakat muslim untuk memperoleh ilmu dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari termasuk dalam aktivitas amar ma’ruf nahi munkar kepada penguasa negara. Sehingga penguasa negara akan beralih dari sistem kapitalis sekuler yang rusak menuju sistem Islam yang mana didalam sistem Islam negara akan sangat serius dalam menangani berbagai bersoalan di tengan masyarakat, dan penguasa di dalam sistem Islam akan malu apabila tidak dapat menemukan solusi yang tepat, cepat dan mudah dalam menyelesaikan persoalan masyarakat salah satunya banjir.
Wallahu’alam bissawab…
Penulis: Putri Maharani S (Mahasiswi STMIK Triguna Dharma)