FORUM JAKARTA | Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Megawati Soekarnoputri membicarakan polemik tingginya uang kuliah tunggal atau UKT yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Menurut Megawati, pemerintah seharusnya bisa membiayai sekolah dan kampus agar pendidikan menjadi terjangkau.
Awalnya, Megawati menyebutkan bahwa pembangunan di Tanah Air harus menyiapkan manusia Indonesia yang progresif dan maju. Namun, Megawati mengaku heran karena urusan biaya pendidikan saja bisa menjadi heboh.
Megawati pun mempertanyakan mengapa pemerintah tidak mampu mencegah mahalnya biaya kuliah. “Ini urusan sekolah saja heboh, urusan apa itu? UKT, mbok udah bayarin wae ngopo toh yoh, apa enggak bisa sih? Hah? Ayo jawab kalau pemimpin. Lah iya, emang bisa,” kata Megawati saat memberikan pidato di hadapan kader-kader partainya di Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Jumat, 5 Juli 2024.
Megawati mengatakan pemerintah bisa mengambil anggaran bantuan sosial atau bansos jika tak punya cukup dana untuk biayai pendidikan. “Lah kalau saya, sorry, karena saya pernah presiden, kalau untuk sekolah enggak ada duitnya, saya kurangi yang namanya bansos, enggak boleh? Boleh,” ucap dia.
Menurut Megawati, urusan mahalnya biaya kuliah harus menjadi perhatian. “Karena ini keperluan anak didik yang nggak punya uang sekolah, saya tuh sampai bingung,” ujar Presiden RI ke-5 itu.
Sebelumnya, Megawati juga pernah mengkritik mahalnya biaya pendidikan tinggi di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Kritik itu dia sampaikan dalam pidato penutupan Rakernas V PDIP di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta, pada Ahad, 26 Mei 2024 lalu.
Megawati mengatakan, persoalan pendidikan menjadi salah satu yang disorot dalam rekomendasi eksternal Rakernas V PDIP. Dia menyinggung, mengapa masyarakat yang ingin mendapatkan pengetahuan harus membayar mahal. “Tadi di dalam sikap politik (ada), sampai masak sih orang mau pinter aja suruh bayar mahal?” kata Megawati ketika itu.
Menurut Megawati, masih banyak masyarakat Indonesia yang tak berkucukupan. “Berapa gelintir sih yang orang kaya dibandingkan namanya warga negara kita yang masih belum berpunya?” ujar dia. (Int)