FORUM MEDAN | Siapa yang tau nasib se-seorang? Seperti Rendy Arif Pratama penyandang Distabilitas kelahiran Tanjung Morawa 22 Desember 2006 Kabupaten Deliserdang silam, yang kini berstatus sebagai abdi masyarakat (polisi).
Awal sebelum menjadi seorang polisi, Rendy merupakan seorang anak laki-laki biasa yang tak jauh dari dunia pendidikan dan bermain serta tekun berolahraga. Sebab dari kecil, ia ingin sekali menjadi pebulutangkis yang bisa membanggakan nama baik keluarga dan daerah serta bangsa.
Dan disamping tekun menimba ilmu di SMKN 1 Tanjung Morawa, Rendy pun terus meningkatkan kemampuannya berlatih agar kedepannys bisa menjadi pebulutangkis handal seperti, Taufik Hidayat, Rudi Hartono, Ricky Subagja dan Alan Budikusuma yang menorehkan tinta emas diajang internasional untuk Indonesia.
Lalu untuk menciptakan hal tersebut, Rendy terus berlatih pagi sore di bawah naungan National Pralympic Comite Indonesia (NPCI) Sumatera Utara. Karena dinilai berpotensi dicabor Para Badminton (Bulutangkis), maka Alan Sastra Ginting selaku ketua umum para atlet penyandang distabilitas daerah ini, meminta mengikuti program latihan jangka panjang khusus pelajar, lewat dua program yaitu, sekolah dan berlatih.
Namun dinilai kurang maksimal saat berlaga dievent tingkat daerah, NPCI Sumut langsung memindahkan Rendy Arif Pratama dari Para Badminton ke cabor atletik khusus nomor tolak peluru.
“Dan alhamdulillah walau belum meraih emas, namun Rendy bisa mendapatkan medali perunggu pada event Pralympic Pelajar Nasional (Papernas) Palembang Sumsel pada tahun 2023 lalu,” kata Alan Sastra Ginting saat ditemui di Sekretariat NPCI Sumut Jalan Stadion Medan, Senin (30/12/2024).
Dikatakan, raihan medali perunggu yang didapat, ternyata menjadikan motivasi Rendy untuk berlatih lebih serius agar menorehkan tinta emas nantinya, terus dikejar.
Namun Allah berkata lain pada Rendy. Sebab torehan tinta emas tidak saja didapat dari sebuah pertandingan. Melainkan lewat peluang lain juga bisa seperti, sebagai seorang anggotaTNI dan Polri. Sebab kedua angkatan ini membuka peluang bagi atlet putra-putri normal dan stabilitas berprestasi untuk menjadi anggota TNI dan Polisi.
“Karena bapak Kapolri membuka peluang bagi atlet berprestasi untuk menjadi seorang polisi, Rendy bersama beberapa rekan atlet distabilitas pun mencoba mendaftar di Polda Sumut. Dan setelah mengikuti beberapa ujian, alhamdulillah Rendy dinyatakan lulus menjadi seorang polisi republik Indonesia,” ucap Alan penuh bangga mengakhiri.
Sementara Rendy Arif Pratama ditempat yang sama mengatakan, ia sangat berterima kasih kepada ketua NPCI Sumut, Alan Sastra Ginting yang begitu perhatian pada dirinya sehingga dia bisa berlaga dievent pelajar nasional.
Selain itu, kejelian Alan Sastra ditambah keseriusan pelatih memberikan materi menurutnya, takkan bisa hilang begitu saja didalam diri Rendy. Sebab, perpindahannya dari cabor Para Badminton (bulutangkis) ke atletik nomor tolak peluru, telah membuka jalan baginya menjadi seorang polisi.
“Untuk itulah saya mengucapkan puji syukur berterima kasih pada Allah, keluarga dan pak Alan serta NPCI Sumut lalu kepada bapak Kapolri, sehingga saya sekarang ini tetap serius berlatih sebagai seorang atlet, juga siap bertugas dengan baik sebagai seorang polisi,” pungkasnya mengakhiri. (kesuma)