Gen Z dan milenial mendominasi populasi Indonesia saat ini dengan usia mereka yang produktif. Mereka juga yang menguasai perkembangan teknologi yang ada, tetapi apabila tidak terarah dengan baik maka teknologi dapat mengimpit dan menjadi beban bagi mereka pula. Apakah dengan sistem saat ini mereka mampu bangkit dan meninggalkan tren yakni fomo?
Generasi Z (kelahiran 1997 sampai 2012) dan kaum milenial (kelahiran 1981 sampai 1996) merupakan kalangan muda yang mengadopsi layanan financial technology (Fintech), tingkat adopsi Fintech pada mereka terus meningkat (kompas.com, 11/10/2024).
Layanan fintech banyak digunakan oleh kaum milenial dan gen z merupakan bukti bahwa mereka melek teknologi. Banyak manfaat yang bisa didapatkan apabila kita menggunakan teknologi sesuai dengan manfaatnya yang positif. Pasalnya pemanfaatan fintech apabila tidak digunakan dengan tepat bisa mendatangkan kerugian bagi penggunanya.
Sebab gaya hidup anak muda sekarang cenderung mengikuti tren fear of missing out (FOMO), yang dapat menganggu kesehatan finansial para anak muda. Fomo ini merupakan gaya hidup yang takut akan merasa tertinggal apabila tidak mengikuti, melakukan, mencoba suatu hal yang baru dan viral. Akhirnya mereka akan memaksakan sesuatu tanpa perhitungan terlebih dahulu, alhasil beban utang makin mudah untuk bertambah membuat ketergantungan dan tidak produktif.
Dapat kita lihat bahwa akar adanya tren fomo ini sistem liberal kapitalis demokrasi. Di mana para anak muda diberi kebebasan dalam memanfaatkan teknologi tanpa ada bimbingan yang berarti dari rumah (keluarga) bahkan negara. Ditambah tren yang ada sengaja berkeliaran bebas di media sosial tanpa adanya filter dari negara untuk membatasi tontonan yang harusnya hanya berisi konten yang bermanfaat, hal ini menjadi bukti nyata bahwa liberal dan kapitalis sangat didukung oleh demokrasi saat ini.
Sistem yang rusak ini mengakibatkan para anak muda memiliki gaya hidup yang bebas, hedon serta pengonsumsi akut. Mereka hanya didominasi dan memprioritaskan kesenangan dunia sesaat yang sebenarnya tidak ada artinya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya: “… Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (TQS. At-Taubah Ayat 38).
Akibatnya potensi yang ada pada para pemuda terabaikan, pengabaian terhadap prestasi dan karya yang lebih baik menjadi terhalang juga sebagai agent of change menuju pada kebaikan. Sebab para pemuda sibuk dengan prioritasnya mengejar kesenangan dunia tanpa arahan yang berarti, yang bisa menjerumuskan pada hal negatif sehingga tidak produktif. Namun, beginilah apabila hidup dalam belenggu liberal kapitalis demokrasi, tidak mungkin membuat masyarakat yang hidup di bawah naungannya menjadi sejahtera dan terarah.
Pendidikan yang bagus hanya bisa didapatkan oleh orang yang kaya saja sebab biayanya sangat mahal, sedangkan banyak orang yang ingin menduduki bangku pendidikan namun tidak bisa. Mereka hanya bisa menghabiskan mereka dengan bekerja mencari uang untuk bisa melanjutkan kehidupan memenuhi kebutuhan sejengkal perut, tetapi dapat kita lihat para pemimpin negeri kita yang selalu berfoya-foya atas penarikan uang kita secara paksa dengan nama pajak, yang didapatkan masyarakat hanya pajak yang kian mencekik rakyatnya bukan kesejahteraan seperti para pemimpin kita.
Hanya Khilafah-lah yang mampu menyelesaikan permasalahan yang ada, sebab Khilafah memiliki kewajiban untuk melindungi generasi. Pendidikan dalam Islam juga akan memahamkan bahwa tujuan hidup untuk beribadah kepada Allah dan membawa manfaat untuk umat, sehingga dalam situasi apa pun kita sadar bahwa hidup terikat dengan hukum Allah. Negara juga akan memfilter tontonan yang tidak mendidik dan menjerumuskan pada krisis moral, seperti tayangan yang mengajarkan nilai-nilai liberal.
Tak hanya sampai di situ, negara wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai seperti kurikulum yang berbasis akidah Islam, sarana dan prasarana, pembiayaan pendidikan, tenaga pengajar yang profesional, serta gaji guru yang menyejahterakan. Oleh karena itu, tidak ada satu individu pun yang tidak mengenyam pendidikan dan tidak mengembangkan prestasi dan karyanya. Hingga akhirnya khilafah mampu mencegah perilaku buruk yang akan terjadi pada umatnya.
Wallahualam bissawab.
Penulis Sindi Laras Wari, SKM. (Aktivis Muslimah)