OPINI  

Harimau Mati: Respons Tidak Etis, Potret Penguasa Kapitalis

Screenshot 2024 02 27 19 50 33 87 40deb401b9ffe8e1df2f1cc5ba480b12

Taman Medan Zoo atau kebun binatang kata orang Medan biasa menyebutnya, merupakan salah satu alternatif objek wisata yang kerap dikunjungi hampir setiap akhir pekan oleh warga Kota Medan. Selain favorit, biaya masuknya juga tidak mahal. Selain itu juga, kebun binatang yang memiliki luas hampir 30 hektar ini banyak dihuni berbagai satwa. Salah satunya yang menjadi favorit para pengunjung yang datang adalah harimau.

Namun, baru-baru ini warga Medan dikejutkan dengan adanya berita bahwa salah satu satwa favorit yang ada di Medan Zoo, yaitu harimau dalam kurun waktu tiga bulan ditemukan mati lebih dari 3 ekor. Ada apa dibalik kematian harimau yang ada di Medan Zoo?

Matinya salah satu raja rimba yang ada di Medan Zoo ini diketahui melalui postingan instagram @wildlifewhisperersumatera yang menyebut telah mati hari ini harimau Sumatera yang bernama Bintang Sorik. Padahal, sebelumnya juga sudah ada 4 ekor harimau yang mati di kebun binatang Medan tersebut. Nama-nama harimau yang mati tersebut adalah:

Harimau Sumatera yang bernama Ersa diketahui mati pada awal November 2023, yang kedua harimau Benggala yang bernama Avatar diketahui mati awal Desember 2023, yang ketiga harimau Sumatera yang bernama Nurhaliza diketahui mati pada 31 Desember 2023 dan yang terakhir mati diketahui bernama Bintang Sorik ini mati pada 13 Februari 2024.

Matinya harimau yang ada di Medan Zoo yang status pengelolaannya di bawah Pemko Medan, sebagai orang nomor satu di Pemko Medan Bobby menyampaikan harimau Sumatera yang mati di Medan Zoo dikarenakan usianya sudah cukup renta ujar beliau (medan.tribunnews.com, 13/02/2024).

Pernyataan yang ambigu dari orang nomor satu di Pemko Medan terhadap kematian 5 ekor harimau yang ada di Medan Zoo. Di mana pernyataan Walikota masa harimau tidak boleh mati, bukan masalah harimau tidak boleh mati, tetapi di mana letak tanggung jawabnya Pemko Medan selaku pengelola kebun binatang terhadap taman marga satwa yang ada.

Seharusnya sebagai pengelola dan penanggung jawab kelestarian marga satwa yang ada di Medan Zoo, Walikota bisa menugaskan para pejabat yang berwenang untuk mengali informasi apa penyebab kematian 5 ekor harimau berturut-turut dalam kurun waktu tiga bulan di Medan Zoo.

Padahal, sebelumnya sudah banyak pemberitaan yang beredar di media bahwa salah satu penyebab matinya harimau di Medan Zoo akibat krisis keuangan di Medan Zoo. Sehingga mengakibatkan kondisi kandang harimau tidak terawat dan terurus dengan baik mengakibatkan kondisi kandang lembab yang kondisi ini bisa mempengaruhi kesehatan harimau kurang maksimal.

Lagi-lagi, inilah wajah buruk dari sistem kapitalis, pemimpin tidak totalitas dalam menyelesaikan tanggung jawabnya dalam melindungi kelangsungan hidup makhluk yang ada di wilayah kepemimpinannya, baik itu manusia (rakyat) maupun makhluk hidup yang lain seperti kasus matinya harimau yang ada di kebun binatang Medan.

Padahal, di sisi Sang Pencipta yaitu Allah Swt. satwa adalah makhluk yang harus diperhatikan juga. Karena pada dasarnya watak pemimpin dalam sistem kapitalis segala sesuatu adalah materi (bisnis) dengan kondisi Medan Zoo sekarat secara finansial belum lagi anggaran untuk marga satwa yang ada di Medan Zoo belum terealisasi.

Seperti biasa dalam sistem kapitalis jalan yang paling mudah adalah dengan mendatangkan investor (pemodal). Inilah salah satu wacana Walikota dengan menunggu datangnya investor. Bukannya menyelesaikan dan menangani dengan cepat, malah menunggu. Ini bukanlah sikap yang bijaksana dari seorang pemimpin.

Lain halnya dengan Islam. Dalam sistem Islam setiap makhluk yang ada di muka bumi ini seorang pemimpin wajib melindungi dari segala hal, baik dari makan dan tempat tinggal. Seperti halnya keberadaan kebun binatang. Dalam sistem Islam kepala negara (Khalifah) tidak akan membiarkan satu makhluk pun di muka bumi ini terlantar dan kelaparan.

Karena pemimpin dalam Islam memiliki sikap takwa, karena kelak di akhirat hisab akan menanti mereka. Sikap takwa dan sangat melindungi rakyatnya dalam kebijakannya memimpin ini dicontohkan oleh Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Karena di masa pemerintahan (Bani Umayyah) sampai tidak ada ditemukan orang hidup dalam kemiskinan. Sehingga ketika harta zakat sudah disalurkan kepada yang berhak, dan harta zakat masih banyak tersisa dan tidak tahu lagi mau disalurkan ke mana, maka tanpa bertanya lagi Khalifah Umar Bin Abdul Aziz memerintahkan para amil untuk membeli gandum.

Lalu beliau memerintahkan agar gandum tersebut disebarkan ke puncak- puncak gunung agar tidak ada yang mengatakan bahwa burung- burung kelaparan di negeri muslim. Begitulah seharusnya sosok pemimpin dalam Islam, dalam pelaksanaan tugasnya tidak hanya manusia yang diayomi tetapi makhluk lain pun terlindungi seperti burung dan hewan lainnya.

Begitu berwibawa dan tegasnya kepemimpinan beliau sehingga kelompok hewan pun bisa hidup damai dengan kelompok hewan lainnya (seperti serigala dan domba yang terbiasa saling memangsa). Sosok pemimpin seperti inilah yang seharusnya ada pada diri setiap pemimpin. Sehingga tidak hanya rakyat yang sayang kepada pemimpinya, tetapi makhluk ciptaan Allah lain pun menyayanginya.

Inilah yang ada pada sosok Khalifah Umar Bin Abdul Azis pemimpin yang taat pada Allah dan rasulnya. Para penyayang akan disayang oleh Ar-Rahman (Allah). Rasulullah pernah bersabda, “Sayangilah yang ada di bumi niscaya yang ada di langit akan menyayangi kalian.” (h.r. At-Tirmidzi).

Wallahualam bissawab.

Penulis: Rismayana (Aktivis Muslimah)