Pembantaian Muslimin Terus Terjadi, inilah Wajah Asli Demokrasi

genosia

Sudah memasuki bulan Ramadan, tetapi kondisi kaum muslim tidak baik-baik saja. Di belahan bumi yang lain, kaum muslim berjuang melawan kelaparan akibat kemiskinan. Di sisi lain, kaum muslim mengalami genosida. Sudah sejak lama Islam dan kaum muslim berada dalam kenestapaan. Sudah 100 tahun lebih kaum muslim berada dalam keterjajahan sejak runtuhnya negara Islam yang menaungi dua pertiga dunia pada saat itu.

Kini masih berlanjut dengan genosida yang dilakukan oleh entitas Yahudi terhadap tanah suci Palestina. Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang diyakini telah menyebabkan hampir 1.200 warga Israel tewas. Sekitar 85 persen warga Gaza telah mengungsi akibat agresi Israel tersebut dan seluruh warga Palestina di sana menderita kerawanan pangan, menurut PBB (republika.co.id, 28/02/2024).

Genosida yang terjadi di Myanmar, Chechnya, Uighur di Provinsi Xianjiang Cina, menambah deret luka kaum muslim. Belum lagi kemiskinan dan kelaparan yang mematikan di Yaman adalah potret buram yang belum terselesaikan. Pembantaian demi pembantaian kerap terjadi karena kelemahan kaum muslim yang tercerai berai. Bahkan, di wilayah yang dianggap aman pun kaum muslim sengaja dipecah belah hingga permusuhan ada dalam jiwa-jiwa mereka.

Mereka lupa apa tujuan mereka hidup di dunia. Mereka terlupa bahwa mereka semua adalah satu tubuh yang akan merasakan sakit yang sama jika salah satu anggota tubuhnya merasakan sakit. Namun, hari ini lagi-lagi kaum muslim dalam ketidakberdayaannya. Kaum muslim terpisah renggang dan bahkan tidak merasakan satu sama lain karena sekat-sekat nasionalisme. Bahkan Indonesia adalah salah satu negeri muslim terbesar di dunia tidak bisa melakukan apa pun untuk menyelamatkan saudara muslim lainnya.

Lebih parahnya, negara-negara tetangga mereka layaknya orang yang tuli, bisu, dan buta yang tega membuat benteng berlapis-lapis agar tidak dapat gangguan oleh saudaranya. Palestina menjerit, suara bom meledak, kebisingan ambulans yang hiruk pikuk mengantarkan para syuhada dan korban luka-luka tidaklah mereka dengar. Saudara macam apa itu? Bahkan, mereka sanggup memberikan makan dan pasokan obat-obatan untuk musuh mereka yang sesungguhnya yakni entitas Yahudi laknatullah.

Bahkan, sebagian dari mereka dengan senang hati memberikan sumber energinya untuk menghidupi tempat tinggal Israel yang harusnya diperangi, bukan difasilitasi manja. Ada apa dengan negeri-negeri muslim? Sebegitu munafikkah sehingga sanggup melihat kematian saudaranya di depan matanya sendiri. Tentu, yang memotori negara-negara tetangga Palestina adalah antek-antek barat yang memusuhi Islam dan kita harus menyadari, kita tidak bisa menaruh harapan kepada mereka.

Pemimpin negeri-negeri Islam adalah perpanjang tanganan kafir penjajah. Kita tidak bisa menaruh kepada siapa pun kecuali kita memperjuangkan Islam karena hanya Islam yang dapat menyatukan seluruh kaum muslim di seluruh belahan dunia. Khilafah adalah institusi yang menyatukan kaum muslimin. Khilafah akan mencampakkan sekat-sekat nasionalisme yang membuat kaum muslimin terpecah belah. Dunia hari ini menunjukkan wajah aslinya. Tidak ada satu pun negara yang berani dengan lantang melawan hegemoni barat.

Padahal, jelas barat memfasilitasi entitas Yahudi untuk menghabiskan rakyat Palestina. Khilafah akan menyelamatkan kaum muslimin dari keterjajahan dan hidup mulia dengan syariat-Nya. Hendaknya kaum muslim seluruh penjuru dunia mengikuti risalah Nabiyullah Muhammad saw. yakni menyatukan kekuatan Islam dalam kaum muslim dalam satu negara, yaitu negara Islam dan hendaknya kaum muslim menyadari bahwa selama kita masih berada dalam sistem kapitalis sekuler, kondisi kita selamanya tidak akan bisa baik-baik saja.

Kita berada dalam penjajahan, baik fisik maupun pemikiran. Saatnya kaum muslim bersatu dalam naungan Khilafah Islamiyah untuk menghentikan penjajahan di negeri-negeri muslim. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
“Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS. Al-Ma’idah [5]: 50).

Wallahualam bissawab.

Penulis: Endah Sefria, SE (Pemerhati Ekonomi)