Kesejahteraan pasti dibutuhkan dan diinginkan oleh seluruh orang, namun penerapan sistem kapitalis sulit mendatangkan kesejahteraan karena sang pemilik modallah yang bisa merasakannya. Karena tidak sejahteranya ini bisa mengakibatkan hal yang merugikan banyak pihak. Sehingga terdapat orang-orang yang ingin memperjuangkan kesejahteraan, tetapi dengan cara yang salah. Harusnya negara mampu menyelesaikan permasalahannya, tetapi dengan apakah bisa terselesaikan?
Polri dan TNI berbeda pendapat tentang pergantian penyebutan separatis di Papua dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menjadi Organisasi Papua Merdeka (OPM) (cnnindonesia.com, 12/04/2024).
Beberapa waktu yang lalu Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto ingin mengganti sebutan KKB menjadi OPM kembali, hal ini dikarenakan beberapa sebab seperti kelompok tersebut memang menamai diri mereka sama dengan OPM. Hingga akhirnya dari alasan tersebut mereka ingin mengalihkan penyebutan nama separatis di Papua. Dengan adanya keinginan pergantian istilah tidak membuat TNI menoleransi apa yang dilakukan oleh separatis Papua tersebut, sebab teror yang mereka lakukan sangat mengganggu dan merugikan banyak pihak.
Memang pada dasar munculnya kelompok separatis di Papua menamakan diri mereka dengan istilah OPM, mereka ingin melepaskan daerah yang dulunya bernama Irian Jaya dari tanah negeri Indonesia. Seiring dengan berjalanya waktu pemerintah mengganti sebutan OPM menjadi KKB karena perbuatan mereka akhirnya pemerintah menetapkan kelompok tersebut sebagai teroris.
Mengapa mereka bisa menjadi seperti itu di tanah mereka sendiri dan mengapa mereka masih terus melakukan kejahatan yang sangat meresahkan, hingga membuat masyarakat yang ada di sekitarnya merasa takut, terganggu dan tidak nyaman. Usut punya usut apa yang mereka lakukan bentuk dari kesejahteraan yang tidak mereka dapatkan, di mana seperti yang kita ketahui tanah Papua memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Daerahnya juga memilik keindahan alam yang sangat luar biasa, tetapi mereka tidak bisa mendapatkan apa-apa dari tanah yang mereka punya.
Mengonsumsi beras sebagai bahan pokok yang paling utama bagai banyak rakyat Indonesia saja sangat sulit mereka rasakan, sebab harga beras yang sangat tinggi seperti harga emas di daerah yang banyak menghasilkan emas tersebut yakni tanah Papua. Jangankan beras baju saja sangat sulit mereka dapatkan dan dianjurkan untuk melestarikan kebudayaan mereka yakni menggunakan koteka. Dengan demikian tanah yang kaya raya tersebut tidak dinikmati oleh rakyat penduduk asli daerah itu karena kebutuhan pokoknya saja tidak terpenuhi dengan benar.
Papua memang memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa, akan tetapi penerapan sistem ekonomi yang salah menghantarkan kepada tidak sejahteranya warga Papua sendiri. Penerapan sistem ekonomi kapitalis yang menghantarkan kepada tidak sejahteranya terjadi di seluruh daerah yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Pasalnya kekayaan alam boleh menjadi hak milik individu atau pengusaha yang pasti hasil dari kekayaan alam tersebut akan menumpuk pada mereka yang mengelola. Individu atau pengusaha yang dapat mengelola sudah pasti individu atau pengusaha yang memiliki modal besar dalam artian mereka yang memiliki banyak harta, ditambah dengan harta yang akan mereka dapatkan dari hasil pengelolaan kekayaan alam tersebut.
Maka dari itu kesejahteraan hanya bisa dirasakan oleh mereka yang memiliki modal besar atau harta yang banyak, sedangkan masyarakat yang tidak memiliki harta tidak akan mendapatkan kesejahteraan. Inilah buah dari sistem ekonomi kapitalis yang digunakan pada hari ini khususnya Indonesia, di mana banyak rakyat yang merasa kehidupan kian mencekik membuat rakyat susah untuk melanjutkan hidup.
Berbeda halnya dengan sistem penerapan ekonomi Islam, di mana seluruh umatnya akan dijamin kebutuhan pokoknya. Kekayaan alam juga akan dikelola oleh negara yang keuntungannya akan diberikan kembali kepada rakyatnya. Sehingga pada masa penerapan Islam aturan yang digunakan sesuai dengan Islam dan bersumber langsung dari sang pencipta maka akan menghasilkan kesejahteraan bagi umatnya, karena hanya sang pencipta yang mengetahui apa dan bagaimana yang diciptakannya. Maka dari itu pendidikan serta kesehatan didapatkan secara cuma-cuma oleh umat yang hidup di bawah naungan negara Islam.
Islam mampu mengatasi permasalahan, bahkan negara akan terbebas dari individu-individu yang mengomersialisasi kekayaan alam dan akan dikembalikan kepada umat demi kesejahteraan umat. Hal ini sejalan dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّـلْعٰلَمِيْنَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya [21]:107).
Wallahualam bissawab.
Penulis adalah Sindi Laras Wari (Aktivis Muslimah)







