FORUM MEDAN | Lima siswa SMP IT Tahfidzul Qur’an Al Umm Smart Centre berhasil mencatat prestasi gemilang pada try out Olimpiade tingkat SMP yang dilaksanakan Bimbingan Test Ganesha Operation, Sabtu (28/11/2021). Dua di antaranya berhasil peringkat pertama dan kedua.
Keduanya masing-masing Sarah Breezerrizky dan Nabila Isnaini Harahap. Sementara tiga lainnya Raisa Azhary S di peringkat empat, Ihsani M Sitompul peringkat enam dan Arkan Kautsar peringkat sepuluh.
Pada try out Olimpiade yang diikuti puluhan sekolah di Kota Medan itu, SMP IT Tahfidzul Qur’an Al Umm Smart Centre mengirimkan lima siswanya dan semua berhasil masuk 10 besar.
Kepala Sekolah SMP IT Tahfidzul Qur’an Al Umm, Maramuda, SPd mengatakan, Olimpiade yang dilaksanakan oleh Bimbingan Test Ganesha Operation merupakan kegiatan tahunan. SMP IT Tahfidzul Qur’an Al Umm Smart Centre, ujarnya, mengirimkan siswanya ke olimpiade tersebut untuk mengevaluasi program belajar yang selama ini dilaksanakan di sekolah tersebut.
“Tahun ini kita mengirimkan lima siswa ke olimpiade tersebut untuk menguji dan mengevaluasi sampai sejauh mana keberhasilan program pendidikan yang kita terapkan di SMP IT Tahfidzul Qur’an Al Umm Smart Centre ini. Alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan. Dari lima siswa yang kita kirim, semuanya masuk sepuluh besar dan peringkat pertama serta kedua berhasil diraih siswa kita,” katanya kepada wartawan, Senin (29/11/2021).
Sementara itu Ketua Yayasan Halimatussa’diyah Amaliyah Indonesia (HAI) mengatakan, sekolah yang berada di bawah Yayasan Halimatussa’diyah Amaliyah Indonesia (HAI) dan beralamat di Jalan Beringin, Pasar V Gang Mentimun 16 No. 18 Tembung, Deliserdang ini berdiri tahun 2018 merupakan pendidikan terpadu di berbagai tingkatan seperti PAUD/TK, SD, SMP Terpadu berbasis Tahfidzul Qur’an dan kebahasaan (Inggris dan Arab).
Lembaga pendidikan berbasis pesantren ini kini menampung ratusan santri dan sebagian di antaranya mondok di sekolah. “Sebagai lembaga pendidikan modern, Yayasan HAI tidak hanya mementingkan sisi bisnis, tapi juga sosial dengan menampung kaum dhuafa dan anak yatim. “Jumlah mereka sekitar 70-an siswa. Awalnya para santri tersebut dibiayai dengan sistem bapak asuh. Namun selama pandemi covid-19 mereka tidak lagi mendapat biaya dari para donaturnya. Inilah kesulitan kita saat ini. Sementara itu kebutuhan biaya persiswa sekitar Rp 1,5 juga perbulan,” ujarnya.
Untuk itu, Muhammad Alwi berharap pemerintah baik Pemprov Sumut maupun Pemkab Deliserdang memberikan perhatian serius kepada para santri yang tengah menuntut ilmu.
“Anak-anak begitu bersemangat dalam belajar dan menghafal Al Qur’an bahkan sampai-sampai dari 70-an anak beberapa anak sudah bisa menghafalkan Al-Qur’an sebanyak 15 s/d 30 juzz. Semangat anak-anak ini tidak akan kita biarkan putus begitu saja, pendidikan mereka terus akan kita perhatikan secara berkesinambungan sampai ke perguruan tinggi,” terangnya. (***)