FORUM ACEH | Bila di Jawa Tengah ada cagar budaya Candi Borobudur, di Kabupaten Aceh Tamiang, juga ada cagar budaya bernama Bukit Kerang, berada di Kampung Mesjid, Kecamatan Bendahara, yang usianya diperkiran 4000 tahun, konon peninggalan manusia purba kala.
Arkeolog Aceh sekaligus dosen Universitas Syiah Kuala, Husaini Ibrahim pernah menjelaskan bahwa tumpukan kulit kerang (moluska) yang berada di Aceh Tamiang itu sebenarnya merupakan sampah dapur dari manusia purba, dalam bahasa Belanda sampah dapur itu disebut kjoken mordinger.
Adanya sampah moluska itu, kata Husaini, menjadi petunjuk bahwa ada peradaban manusia purba di wilayah Aceh pada masa itu.
Singkatnya, berdasarkan penelitian, sekitar enam ribu hingga 10 ribu tahun lalu manusia prasejarah itu datang ke Aceh Tamiang. Dan Bukit Kerang tersebut bukti sejarah dan kini menjadi cagar budaya di kabupaten berjuluk Bumi Muda Sedia itu.
Pengamatan Forum Keadilan di lokasi Bukit Kerang tersebut, bangunan pagar untuk melindungi tumpukan kulit kerang peninggalan manusia purba tersebut sudah terlihat usang. Bahkan bagian dari bangunan panggar terbuat dari beton itu sudah ada yang rusak, seakan kurang mendapatkan perawatan yang maksimal, sehingga kurang memikat untuk dikunjungi wisata lokal, nasional ataupun Internasional.
Bupati Aceh Tamiang, H. Mursil, didampingi Ketua DPRK setempat, Supriyanto, beserta rombongan saat mengunjungi cagar budaya Bukit Kerang.
Melihat kondisi inprastuktur bangunan untuk merawat kulit kerang zaman purba kala itu kurang memadahi, Datok Penghulu Kampung Mesjid, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang, Syaiful Syahputra dlsaat diwawancari Forum Keadilan, Kamis (1/7/2021) mengakui cagar budaya Buket Kerang yang terletak di Kampungnya itu kurang mendapat sentuhan imprastuktur yang molek dan memadahi, sehingga dengan kondisi itu, membuat kurang minatnya para pengunjung untuk melihat peninggalan sejarah pada zaman purba tersebut.
“Butuh Rp1 Miliar untuk mempoles wajah bangunan dan inprastruktur lainnya agar cagar budaya Bukit Kerang tersebut bisa lebih terawat dan terjaga keberadaannya, serta bisa terlihat cantik tempatnya bila Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tamiang, memberikan anggaran untuk membangun sejumlah imprastuktur dilokasi cagar budaya itu,” kata Datok Keng, begitu panggilan akrabnya.
Ia menambahkan, perlunya sejumlah inprastuktur bagunan dilokasi Buket Kerang tersebut dibangun, agar cagar budaya itu bisa dijadikan objek wisata sejarah, dan diminati banyak pengunjung.
“Pagar terbuat dari beton yang mengelilingi Bukit Kerang itu, kondisinya sudah banyak yang rusak, dan harus dibuat dengan bangunan yang baru plus dicet warna warni. Kemudian harus dibuat paving blok pada halaman Bukit Kering tersebut, diberi tempat sejumlah cakruk lesehan untuk pengunjung istirahat, pasti terlihat rapi dan cantik,” ujar Datok.
Sementara itu, Bupati Aceh Tamiang, H. Mursil, didampingi Ketua DPRK setempat, Supriyanto, beserta rombongan saat mengunjungi cagar budaya Bukit Kerang itu kepada sejumlah wartawan mengatakan, bila cagar budaya tersebut dirawat dan diberi fasilitas bangunan memadahi, tentu akan banyak dikunjungi oleh masyarakat Aceh Tamiang, dan masyarakat di luar Aceh Tamiang. (Sutrisno)