Oleh: Irayani (Aktivis Muslimah)
Rasulullah saw bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak mendzoliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutup (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR Bukhari No 2262).
Kondisi Gaza hingga kini masih mencekam akibat serangan Zionis Israel yang tak henti menghantam wilayah tersebut. Walaupun gencatan senjata sempat berlangsung namun hanya berlaku beberapa bulan saja. seperti biasa Israel kembali mengkhianati perjanjian yang di sepakati. Israel kembali melancarkan serangan pada 18 Maret 2025, yang mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka dalam jumlah besar.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah korban tewas dalam serangan Israel di jalur Gaza sejak Oktober 2023 telah mencapai 52.400 jiwa dan lebih dari 118.000 warga terluka.Di penghujung bulan April 2025 Israel kembali memborbardir Gaza hingga menewaskan dan melukai beberapa orang warga gaza. Mereka menyatakan, “Banyak korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan karena tim penyelamat tak mampu menjangkau mereka,” (Anadolu,30/04/3025).
Keadaan di jalur Gaza semakin memperihatinkan dengan diberlakukannya blokade total terhadap Gaza sehingga bantuan kemanusiaan tertahan di perbatasan Palestina. Blokade yang diberlakukan sejak awal Maret 2025, menyebabkan berkurangnya persediaan makanan secara drastis, sehingga memicu bencana kelaparan. Pasokan makanan, air, obat-obatan bahan bakar dan listrik menjadi bagian blokade, imbasnya situasi kemanusiaan semakin memburuk, memicu kelaparan dan memperparah krisis kemanusiaan yang terjadi.
Kebutuhan pokok yang tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas, tak mampu mencukupi kebutuhan warga Gaza yang semakin meningkat akibat kehancuran dan kerusakan yang terjadi.
Menurut WFP (World Food Program) penutupan perlintasan perbatasan menyebabkan mereka kehabisan stok makanan. WFP menyatakan, bahwa mereka telah mengirimkan stok makan yang tersisa ke dapur – dapur makan siap saji. Stok bahan makanan yang ada di dapur- dapur tersebut kemungkinan tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga Gaza. (Antara, 26/04/2025).
Keadaan semakin parah setelah Israel melakukan pengeboman terhadap pabrik roti satu-satunya yang masih beroperasi. Bahan-bahan pokok harganya sangat tinggi dan itupun dengan stok yang sangat terbatas. Tak adanya penyaluran air bersih menyebabkan warga rawan terserang penyakit seperti diare dan juga dehidrasi.
Di samping itu, penghancuran terhadap fasilitas kesehatan dan juga rumah sakit menyebabkan warga Gaza tidak mendapatkan pertolongan medis yang memadai.
Serangan udara Israel di awal bulan Ramadhan menghancurkan harapan penduduk Gaza untuk dapat beribadah dengan kusyuk. Dan puncaknya saat umat muslim di seluruh dunia sedang merayakan hari kemenangan, saudara kita di sana sibuk mengumpulkan jasad-jasad saudara mereka yang telah menjadi serpihan daging yang berhamburan. Lalu di manakah keberadaan kaum muslimin yang katanya bersaudara seperti sabda Rasulullah saw, ” Perumpamaan kaum mukmin itu dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi yang bagaikan satu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan demam. (HR Al Bukhari dan Muslim).
Jika saja kaum muslimin bisa bersatu tanpa sekat – sekat nasionalisme, bersatu membantu Palestina mengusir penjajah zionis Israel dari tanah Palestina, kelaparan dan bencana kemanusiaan tak akan pernah terjadi. Keengganan penguasa negeri – negeri Arab dan penguasa dunia muslim lainnya untuk membantu perjuangan rakyat Palestina seolah memberi ruang bagi Israel untuk melakukan genosida terhadap penduduk Gaza.
Negeri-negeri Arab yang seharusnya menjadi saudara kandung bagi Palestina tak mampu menjadi pelindung dari kebidanan Zionis Yahudi. Tak ada satupun dari mereka yang mengirimkan pasukan untuk membantu Palestina dalam mempertahankan wilayahnya.
Mereka justru membuka hubungan diplomasi dengan Israel, bekerjasama dalam bidang perdagangan. Bahkan melalui pelabuhannya mereka menyuplai minyak ke israel.
Sungguh mereka bagai musuh dalam selimut yang berlindung di balik topeng kemunafikan. Mereka lupa jika kelak semua perbuatan mereka akan diminta pertanggung jawaban di akhirat.
Sesungguhnya tragedi kemanusiaan di Palestina menjadi persoalan bagi seluruh kaum muslimin, berbagai upaya untuk membantu Gaza dengan mengirimkan bantuan pangan serta obat-obatan dan menggalang aksi solidaritas telah dilakukan di seluruh dunia. Tapi yang paling penting dari semua itu adalah aksi membebaskan Palestina dari cengkeraman Zionis Israel. Tidak ada cara lain untuk membebaskan Palestina hanya dengan jihad fi sabilillah.
Allah SWT memerintahkan agar kaum muslim melakukan jihad defensif saat suatu wilayah mendapat serangan dari musuh yang ingin menduduki negerinya. Seperti yang terjadi di Palestina saat ini, jihad defensif adalah Fardu a’in bagi mereka, tetapi kondisi mereka saat ini tidak mampu melawan Israel sendirian, maka hal ini menjadi fardu kifayah bagi seluruh kaum muslimin. Mengirimkan pasukan untuk membantu Palestina menjadi tanggung jawab pemimpin negeri muslim.
Namun semua itu hanya bisa dilakukan ketika negara-negara muslim bersatu dalam satu kepemimpinan yaitu Daulah Khilafah Islamiah. Dan itu menjadi kewajiban kita semua sebagai pengemban dakwah untuk newujudkannya dengan mendakwahkan Islam Kaffah keseluruh penjuru dunia.
Wallahualam bissawab.
Penulis adalah Irayani (Aktivis Muslimah)