OPINI  

Program Zero Lampu Padam, Yakin Begal bisa Teratasi?

images

Oleh: Kartika Putri, S.Sos. (Aktivis Muslimah)

Wali Kota Medan, RicoTri Putra Bayu Waas, menanggapi permasalahan yang kian marak terjadi di sekitar kita, di antaranya begal, geng motor, dan tawuran. “Untuk mengantisipasinya, Pemko Medan menggalakkan program Zero Lampu Padam, dan meminta Dinas Perhubungan untuk memastikan agar tidak ada lagi lampu yang padam di jalanan dan lampu-lampu ditaman yang mati.” Ujar Rico Waas (tribbunnews.com,23/5/2025)

“Menilai Kota Medan saat ini, sudah mulai berbenah dan berkembang. Sebagai kota ke tiga terbesar dan memiliki multikultural keragaman budaya, masyarakat Kota Medan sudah berkembang pola pikirnya. Khususnya dalam hal teknologi dan menggembangkan budaya dari berbagai macam etnis, khususnya anak muda. Sebab sebuah kota akan disegani jika masyarakat memegang kuat akar budaya, dan sosmed membuat generasi muda cepat terpengaruh, melihat tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengan orang tua dan para pengajar (guru). Dalam keluarga, harus ada pengayoman dari kedua orang tua. Sedangkan para pengajar, harus menggantikan peran orang tua di sekolah. Pemerintah ikut serta berperan memberikan pemahaman kepada guru dan pendidikan disekolah.” Ujar Rico Waas

Medan punya slogan “Medan Untuk Semua,” Pemko Medan akan melayani masyarakat, meningkatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan, serta menyediakan lapangan kerja.
Slogan Kota Medan yang digadang-gadang, diharapkan akan terealisasi dengan maksimal, sesuai makna dan fungsinya secara merata dan adil. Benarkah pihak Pemko Medan sudah memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat? Apa kabar dengan pelayanan kesehatan, banyak pasien BPJS kurang mendapat perhatian. Lapangan pekerjaan masih sulit ditemukan, pengangguran semakin meningkat. Berdasarkan data BPS, pengangguran di Kota Medan mencapai angka 8,13%. Sedangkan provinsi di Sumatera Utara lainnya sebesar 5,6%.

Seharusnya pihak Pemko lebih memprioritaskan, bagaimana mengatasi dan menumpas tuntas permasalahan begal, karena sudah sangat meresahkan masyarakat. Program Zero Lampu padam, tidak menyentuh akar masalah. Berantas dulu penyebabnya, tangkap pelaku begal sampai keakar-akarnya, dan usut tuntas para pelaku yang ikut terlibat dalam pembuatan senjata tajam dalam menjalankan aksi mulus para begal.

Program Zero lampu padam harus direalisasikan hingga ke seluruh lapisan masyarakat, baik yang tinggal di daerah perkampungan dan tempat-tempat terpencil. Masih banyak ditemukan minimnya penerangan dan lampu mati. Menjadi kesempatan bagi para pelaku tindak kriminal. Kebijakan yang dikeluarkan harus terlaksana dengan maksimal, merata dan adil, dan semua masyarakat tanpa terkecuali bisa merasakannya.

Kegagalan dan kerusakan yang disebabkan oleh sistem kapitalisme, dalam menjamin keamanan warganya dan melindungi nyawa manusia. Justru keselamatan semakin terancam, merasa was-was setiap pulang malam, bahkan begal beraksi tidak melihat waktu dan kondisi. Para pelaku begal dengan leluasa melancarkan aksinya dengan senjata tajam, dan tanpa belas kasihan merampas harta benda, melukai korbannya, hingga menghilangkan nyawa orang lain. Sanksi yang lemah bagi para pelaku begal, sama sekali tidak memberi efek jera. Sistem kapitalisme yang dianut negara, justru semakin memberi ruang gerak bebas bagi pelaku begal dan kriminal lainnya. Kejahatan semakin merajalela, keselamatan warga tak terjamin.

Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassalam bersabda, “Barang siapa yang mengambil hak orang lain walau hanya sejengkal tanah, maka akan dikalungkan kelehernya pada hari kiamat, seberat tujuh lapis bumi.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sistem korporatokrasi semakin memperparah dan menyebabkan kesulitan bagi rakyat kecil, sebab para pemangku jabatan dipengaruhi oleh kekuatan bisnis investor asing dan swasta. Penguasa dan pengusaha bekerja sama untuk memanfaatkan dan mencari keuntungan dari rakyat, yang sangat mempengaruhi terhadap kebijakan dan keputusan di tingkat pemerintahan. Akibatnya rakyat miskin yang tidak paham agama banyak yang menjadi begal. Nilai-nilai sekuler yang diadopsi oleh sistem ini, menjadi sumber masalah. Di mana agama dipisahkan dari kehidupan, sehingga mengakibatkan kerusakan yang semakin parah di tengah-tengah masyarakat. Pemahaman agama yang tidak didapat dari orang tua, menyebabkan masyarakat kehilangan orientasi standar perbuatan pada halal haram. Agama hanya sebatas ibadah ritual saja, hukum dan aturan-Nya dicampakkan.

Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassalam bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Terjaminnya kehidupan yang aman dan jauh dari kriminalitas akan terwujud, apabila masyarakat hidup di bawah sistem kehidupan Islam. Dalam sistem Islam, segala sesuatu perbuatan berdasarkan hukum syara’. Negara berperan aktif dalam hal memberantas kemaksiatan. Melalui tegaknya tiga pilar, meliputi ketakwaan individu, kontrol masyarakat, negara yang menerapkan Islam Kaffah. Islam menjadikan negara sebagai junnah (pelindung) dan penjamin keamanan bagi rakyatnya. Rasa aman dari tindak kejahatan adalah salah satu kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi oleh negara. Negara dengan bersungguh-sungguh akan menutup seluruh celah terjadinya kriminalitas dan sanksi tegas yang memberikan efek jera, berupa hukuman ta’zir bagi para pelaku kejahatan.

Wallahu A’lam Bisshowab.

Penulis adalah Kartika Putri, S.Sos. (Aktivis Muslimah)