Keikutsertaan Tim Nasional (Timnas) Israel di Piala Dunia U-20 di Indonesia mendapatkan penolakan keras dari berbagai unsur masyarakat. Sejumlah kepala daerah, organisasi masyarakat hingga organisasi keagamaan menyatakan menolak kedatangan Timnas Israel di Piala Dunia U-20 yang rencananya digelar di enam provinsi, meliputi DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Penolakan mereka merujuk pada berbagai alasan yang utamanya bersumber dari pendudukan Israel di Palestina dan komitmen Indonesia mendukung kemerdekaan setiap bangsa sebagaimana diatur konstitusi.Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin meminta semua pihak tidak mencampur aduk olahraga dan politik. CNN Indonesia, Sabtu, 25 Mar 2023.
Seolah merupakan pernyataan bijak yang mengatakan bahwa politik harus dipisahkan dari olahraga. Nyatanya, selama ini urusan olahraga dan politik tidak steril dari politik. Terlihat, sikap FIFA yang melarang tim Rusia untuk berlaga atas invasinya terhadap Ukraina. Bahkan diputuskan untuk semua tim asal Rusia, baik klub ataupun timnas dilarang berpartisipasi dalam kompetisi dibawah naungan FIFA hingga pemberitahuan selanjutnya.
Terlihat FIFA tidak mensterilkan olahraga dari politik dan justru menerapkan standart ganda. Dari sisi ekonomi, potensi ekonomi dari perhelatan Piala Dunia sangat besar, seperti hotel, penonton (wisatawan), dsb. Sehingga baik pemerintah bersemangat untuk menggelar perhelatan ini. Namun disisi lain, memang ada dampaknya jika Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Para pemain, klub,wasit,dan pihak yang terlibat bisa kehilangan mata pencaharian. Hotel dan tempat pariwisata juga akan terkena dampaknya. Namun potensi keuntungan ekonomi tersebut tidaklah sebanding dengan kejahatan yang dilakukan Israel terhadap saudara Muslim di Palestina. Kita tidak bisa bersikap manis terhadap penjajah yang melukai, melecehkan, membunuh serta mengusir saudara kita di Palestina. Dukungan ini seharusnya terus digaunggan hingga Palestina terbebas dari penjajahan Israel.
Solusi menghadapi Israel bukan sekadar memberikan dukungan dengan mengutuk Israel, atau menolak kedatangan tim sepak bolanya, tetapi seharusnya dengan memberikan dukungan sepenuhnya siapa pun yang memerangi kaum muslimin. Dalam sejarahnya, Isrel adalah bangsa yang tertolak dari manapun karena selalu berbuat kerusakan. Mereka ditolak dan diusir dari Eropa hingga diterima baik oleh Palestina bahkan diizinkan tinggal disana. Ibarat air susu dibalas tuba, kebaikan yang diberikan Palestina justru dibalas dengan penghianatan oleh Israel.
Mereka menduduki wilayah Palestina, mengusir penduduknya hingga kekejaman yang luar biasa tak dapat terincikan. Oleh karenanya, tidak cukup sikap kita dengan menolak timnas mereka ke Indonesia, melainkan juga menolak eksistensi Israel di Palestina.
Solidaritas dan diplomasi tidak cukup untuk mengenyahkan Israel dari Palestina. Untuk mengusir Yahudi butuh tindakan riil dengan mengirimkan tentara untuk mengusir Israel. Namun, penjajahan itu akan berhenti jika seluruh tentara ummat Islam dari berbagai penjuru dunia bersatu melawan tentara zionis yahudi tersebut.
Persatuan ini sangat dibutuhkan untuk melampaui kekuatan militer Israel yang mendapat dukungan dari AS. Dengan seruan jihad oleh khalifah pada seluruh tentara, persekutuan tentara Israel dan AS tidak akan mampu bertahan. Namun, seruan jihad ini dapat dikumandangkan jika menjadikan Islam sebagai pandangan ideologis. Bahwa setiap penjajahan harus dihapuskan,apalagi penjajahan terhadap umat Islam. Sebab, yang mampu menggerakkan tentara-tentara muslim sedunia untuk mengusir tentara Israel di Palestina adalah dengan Daulah Islamiyah. Ini karena Daulah Islamiyah merupakan perisai yang melindungi umat Islam. Rasulullah SAW, Bersabda:
“Sesungguhnya seorang imam itu laksana perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang akan berperang dibelakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka pembebasan tersebut dapat terwujud ketika kita bersama menerapkan Daulah Islamiyah dalam segala aspek kehidupan,sehingga mampu mengembalikan tanah yang telah hilang.Wallahu’alam Bissawab.
Penulis: Atika Nasution (Alumni Mahasiswi UISU Medan)