FORUM MEDAN | Ada suasana berbeda di kantor Kecamatan Medan Helvetia, Jumat (18/8). Sejumlah orang seenaknya melukis di pagar tembok kantor pemerintahan tersebut. Tema lukisan mereka juga beragam, namun menyampaikan pesan positif, antara lain ajakan menjaga melestarikan lingkungan, menjalin kolaborasi, serta menjauhi narkoba. Siapa mereka?
“Mereka peserta lomba mural yang kita gelar untuk memeriahkan perayaan HUT ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia,” jawab Camat Medan Helvetia, Putera Ramadan Situmeang, saat ditemui di pinggiran Lapangan Balai Desa yang terletak di samping kantornya itu.
Dua tahun belakangan ini seni mural memang berkembang pesat di ibu kota Sumut ini. Wali Kota Medan, Bobby Nasution, berperan besar mendukung perkembangan berarti ini. Orang nomor satu di Pemko Medan ini memberikan wadah bagi seniman mural menyalurkan kreativitasnya. Bahkan dia menantang sejumlah seniman mural melukis di mobil dinasnya.
Agaknya, ini pula yang menginspirasi Kecamatan Medan Helvetia menggelar lomba seni itu. Ternyata antusias peserta relatif tinggi.
“Ada 18 peserta yang ikut dalam lomba mural ini. Sebanyak 8 berasal dari Kecamatan Medan Helvetia, sisanya berasal dari berbagai kecamatan yang ada di Medan,” ungkapnya seraya mengatakan, pihaknya sengaja membatasi peserta karena keterbatasan pagar tembok yang menjadi media lukis peserta.
Putera mengungkapkan, selain wadah kreativitas seni rupa, lomba mural ini bertujuan untuk membuat pesan-pesan pembangunan lebih menarik dan dekat kepada masyarakat.
Dia menambahkan, pihaknya sengaja menjadikan pagar tembok kantor kecamatan sebagai media lukis peserta lomba. Tujuannya memberikan sajian seni rupa pada warga yang datang ke kantor kecamatan sekaligus menyampaikan pesan-pesan pembangunan.
“Warga yang datang ke kantor kecamatan jadi bisa menikmati dan mendapatkan pesan pembangunan melalui karya seni,” ungkapnya.
Selain lomba mural, lanjut Putera, Kecamatan Medan Helvetia juga menggelar berbagai perlombaan lain sejak minggu lalu. Salah satunya adalah Lomba Patok Lele khusus untuk TP PKK di Kecamatan Medan Helvetia.
“Selain melestarikan permainan tradisional, sekaligus untuk membangkitkan memori ibu-ibu yang kemungkinan besar sewaktu kecil pernah main patok lele,” sebutnya.
Di samping itu ada juga pertandingan sepak bola mini untuk kaum bapak. Putera mengatakan, seluruh pemain tidak boleh mengenakan sepatu. Seragam pun tidak ditentukan. Persyaratan ini untuk meringankan biaya tim yang ikut berlomba.
“Ada juga lomba tarik tambang, lomba lari pakai sarung, dan estafet air. Lomba-lomba ini gratis. Tidak ada biaya pendaftaran. Yang jelas, melalui lomba ini kita ingin memberikan pesan pentingnya melanjutkan semangat para pejuang kemerdekaan untuk memajukan bangsa ini,” tutupnya. (red)