OPINI  

Ketika Kabur Menjadi Solusi Bagi Remaja

images 17

Oleh: Nurhalisa (Aktivis Muslimah)

Mengapa bisa seorang remaja berpikir untuk kabur dari rumah? Apakah ini buah dari kebijakan, yang membuat rumah tak lagi terasa aman?.

Dilansir dari TRIBUN-MEDAN.com Kamis, (8/9/2025). Seorang remaja masih di bawah umur, berusaha melarikan diri dari rumah dengan melakukan rekayasa kabur dibawa paksa oleh seorang nenek tua. Kejadian ini, berawal pada saat NH sedang memulangkan semua buku paket ke sekolah. Ketika pulang sekolah NH sengaja merekayasa dirinya hilang dibawa kabur orang.

Diketahui pada hari Kamis pagi (8/5/2025), NH masih berada di pasar tradisional Simpang Limun. NH pun segera membuat video rekaman tentang dirinya yang sedang diculik seorang nenek. Remaja perempuan ini diketahui masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). NH masih menggunakan atribut sekolah rok berwarna biru dan baju batik saat peristiwa tersebut. Ketika diwawancarai, NH yang disertai oleh Kapolsek Medan Kota Kompol Selvintriansih mengonfirmasi tindakan dan membuat sendiri video penculikannya. NH memaparkan tidak mau menerangkan secara detail sebab kenapa dirinya kabur dari rumah.

Media sosial, sempat di hebohkan dengan viralnya video tentang hilangnya seorang anak setelah membantu seorang nenek tua. Setelah di telusuri, ternyata remaja tersebut bukan di culik melainkan memang sengaja ingin kabur dari rumah. Fakta ini menjadi pelajaran bagi kita semua agar kita lebih peduli lagi terhadap orang di sekitar kita. Karena siapa sangka dibalik tindakan yang dilakukannya, ternyata tersimpan tekanan batin seorang remaja yang merasa tidak sanggup menghadapi situasi di rumahnya.

Ada beberapa faktor yang membuat remaja tidak nyaman berada di rumah, sehingga lebih memilih untuk kabur dari rumah. Contohnya, akibat orang tua alkoholik atau pecandu obat, penyiksaan yang dilakukan oleh orang dewasa terus-menerus, serta orang tua yang gagal memberikan perhatian pada remaja dan cepat marah juga menjadi penyebab kaburnya remaja dari rumah.

Saat ini, negara masih menerapkan sistem kapitalis-sekulerisme yang berdampak pada lahirnya generasi yang menuhankan materi tanpa standar halal-haram dalam perbuatannya. Sehingga ketika mereka punya masalah, solusi yang mereka ambil bukan dari islam melainkan akal mereka yang terbatas. Ditambah lagi, negara membiarkan media massa dan media sosial mempromosikan gaya hidup liberal dan hedonis. Alhasil, makin banyak remaja yang berperilaku amoral.

Bahkan, makin diperburuk dengan kurangnya pendidikan agama dalam sistem pendidikan sekuler. Sudahlah waktunya sedikit, ditambah metode yang digunakan tidak dalam struktur yang dapat menggerakkan hati dan akal sehingga tidak kompeten dalam membangun dinding takwa dan iman yang akan menjaga generasi dari masalah mental.

Kemudian, dukungan masyarakat dan pendidikan orang tua yang tidak bisa tercapai disebabkan oleh penerapan sistem kapitalisme yang telah melahirkan sikap mementingkan dirinya sendiri di tengah masyarakat dan disfungsi orang tua. Akhirnya, tidak ada pertahanan bagi psikologis generasi sehingga mudah mengalami gangguan.

Negara juga menolak dakwah islam yang berupaya membangun pelindung iman dan takwa bagi remaja. Sedangkan terhadap tontonan yang merusak mental remaja di media, justru negara mengizinkannya. Maka, ya wajar saja jika masalah ini tidak cepat menemukan jalan keluar.

Ketika persoalan kesehatan mental remaja tidak segera diatasi dengan benar, akan berefek besar untuk mencari pelampiasan dengan hal-hal yang merugikan, seperti narkoba, menyakiti diri, kabur dari rumah, bahkan bunuh diri.

Inilah hasilnya, ketika sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan di sebuah negara pasti akan merusak mental generasi muda. Apalagi potret negara dalam kapitalisme tidak berfungsi sebagai raa’in (pengurus rakyat), tetapi hanya regulator sehingga negara abai pada kesehatan mental generasi muda. Sehingga menganggap kabur dari rumah adalah solusi terbaik dari masalah yang mereka hadapi padahal faktanya tidak.

Berbeda dengan sistem Islam. Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas.
Allah Ta’ala berfirman:
Artinya: Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlul kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.
(QS Ali-Imran [3]: 110)

Ayat ini menegaskan, bahwa umat Islam mencapai derajat yang demikian tinggi, sebaik-baik umat, karena memenuhi ketiga syarat, yakni amar makruf dan nahi mungkar, serta iman kepada Allah. Untuk mewujudkan generasi terbaik (khairu ummah), negara akan menerapkan syariat Islam kaffah, tidak hanya pada aspek pendidikan, tetapi seluruh aspek kehidupan.

Sistem Islam juga mempersiapkan orang tua dan masyarakat untuk selalu mensupport tahapan terwujudnya generasi pembangun peradaban islam mulia, yaitu generasi yang bermental baja sehingga tidak akan berpikir untuk kabur dari rumah ketika dapat masalah. Dengan kata lain, orang tua akan melakukan tugasnya dalam mendidik anak.

Sistem Islam akan menjaga mental generasi muda dengan membuat kebijakan yang mencegah remaja untuk berpikir tidak selaras dengan Islam dan mengakibatkan remaja bingung menghadapi masalah hidupnya. Hal ini dilakukan negara dengan mengontrol media massa, juga berbagai tayangan. Sehingga ketika remaja menghadapi masalah, dia tidak melakukan hal buruk yang bakal merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

Wallahu A’lam Bisshawab.